DAELPOS.com – BANYAK pihak yang berusaha mengkaitkan Anies dengan pilpres 2024. Sebagian penuh harap, karena Anies dianggap mampu memberikan masa depan bagi bangsa ini. Dengan integritas, kapasitas dan kemampuan komunikasi yang baik, Anies dianggap layak untuk menerima estafet kepemimpinan negeri ini pasca Pak Jokowi.
Sebagian ada yang khawatir dan takut, karena Anies digambarkan sebagai tokoh yang tidak bisa berkompromi dengan “suap bisnis” yang selama ini makin masif di negeri ini. Anies dianggap tidak fleksibel dengan pelanggaran yang menjadi kebutuhan riil di dunia bisnis.
Untuk pilpres 2024 Anies terus menjadi perbincangan di media, terutama medsos. Sementara Anies sendiri tak pernah membicarakan hal itu. Anies memilih fokus dengan tugasnya sebagai gubernur DKI.
Ketika dikonfirmasi terkait deklarasi GPMI hari ini di Kali Deres Jakarta Barat, Anies malah gak tahu. Anies tahu dari medsos, dan spontan menjawab hoak. Lepas apakah deklarasi itu serius atau main-main, yang pasti Anies tidak dapat konfirmasi. Kalau ada konfirmasi, pasti Anies menolaknya. Menyayangkan kenapa muncul gagasan itu. Begitulah informasi yang terkonfirmasi dari orang-orang di sekeliling Anies. Prematur bro!
2024 masih lama. Pilpres masih jauh. Jauh banget. Jadi, kalau ada yang deklarasi hari ini maka muncul pertanyaan: bangun kesiangan bro? Hehe… Begitu komentar orang awam.
Menanggapi deklarasi hari ini ada beberapa kemungkinan. Pertama, jangan-jangan ini bikinan orang-orang yang gak jelas identitasnya. Ngasal. Alias hoak. Sengaja bikin undangan konferensi pers yang diviralkan di medsos untuk menjatuhkan nama Anies. Dengan deklarasi, akan muncul kesan bahwa Anies ambisius. Anies kerja hanya untuk investasi 2024. Kesan ini yang dicurigai ingin dimunculkan. “Bunuh musuhmu sebelum sempat angkat senjata”.Begitulah kira-kira jargonnya.
Kedua, dilakukan oleh orang-orang yang mencuri perhatian. Boleh jadi juga ingin curi start. Gak mau keduluan sama partai politik. Sebab, yang biasa mengawali deklarasi adalah partai politik. Dengan catatan, tokoh yang diusung sangat menonjol, dan potensi kemenangannya sulit disaingi. Jika tokoh itu biasa-biasa saja, potensi kemenangannya juga diragukan, maka, deklarasi partai biasanya muncul di paling ujung. Ujung banget Paling terakhir deklarasi. Injury time. Nego dulu dengan ketat, alot dan betul-betul memuaskan. Deal, baru mau kasih tiket dan deklar.
2004 PKS curi start dengan usung SBY. 2014 Nasdem deklarasikan Jokowi. Langkah kedua partai ini tepat. Pelurunya sampai ke sasaran. Hal ini wajar, karena partai punya tiket. Mereka yang menentukan takdir maju tidaknya seorang kandidat. Maka, jangan keras-keras kritiknya kepada partai. Bisa gak dapat tiket…
Sudahlah, jangan aneh-aneh. Saya mau fokus urus DKI. Tuntaskan semua janji, dan kerjakan yang terbaik untuk warga DKI. Titik! Begitu kira-kira jawab Anies kalau ditanya soal pilpres 2024.
Apakah Anies gak mikir 2024? Nah, itu kita gak tahu. Saat ini, Anies selalu bicara ingin semua janji-janji politiknya bisa dituntaskan, dan semua rencana-rencana untuk membangun kota Jakarta bisa diselesaikan pekerjaannya. Dari narasi ini, Anies sepertinya ingin membuktikan bahwa ia tak asal janji. Tapi, ia serius dengan janjinya. Anies juga menunjukkan keseriusan kerjanya untuk warga Jakarta. Tujuannya satu: membuat Jakarta “Maju Kotanya, Bahagia Warganya”.
Fokus kinerja inilah yang nampaknya membuat Anies gak gubris semua bullyan dan pujian. “Dipuji gak terbang, dicaci gak tumbang”, demikian kalimat yang pernah diucapkan Anies. Sadar posisinya sebagai gubernur, Anies nampaknya ingin fokus menuntaskan amanahnya sebagai orang nomor satu di DKI. “Nanti di akhirat ini semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah” , kata Anies di satu kesempatan.
Fokus kinerja Anies mulai membuahkan hasil. DP 0 persen terlaksana. KJP plus sudah jalan. Banjir semakin cepat dikendalikan. Jadi, gak perlu harus belajar ke Surabaya yang kemarin sempat juga kerendem air. Cukup Said Didu saja yang ke Surabaya untuk belajar bagaimana cara efektif melaporkan netizen yang ngebully.
Di Jakarta, kemacetan secara bertahap mulai bisa dikurangi. Semula, jumlah warga Jakarta dan sekitar yang menggunakan angkutan umum 338 ribu per hari di tahun 2017, sekarang naik menjadi satu juta. Hampir 200 persen kenaikan pengguna transportasi umum. Program Jaklinko harus diakui, ternyata efektif mengurangi kemacetan.
Begitu juga dengan inflasi. Jakarta paling rendah tingkat inflasinya dibanding daerah lain. Operasi BUMD DKI Jakarta seperti Pasar Jaya, Dharma Jaya dan Food Station cukup berhasil menjaga dan menstabilkan harga kebutuhan bahan pokok di DKI.
Selain itu, Anies nampaknya juga akan mewariskan bangunan monumental di Jakarta. Diantaranya adalah masjid Apung di Ancol yang didesign Andra Martin tanpa AC, karena mengandalkan sistem sirkulasi angin laut secara alami. Air wudhunya menggunakan air laut yang didaur ulang dengan sistem “Sea Water Reserve Otmosis (SWRO). Bangunannya bersegi lima menggambarkan Rukun Islam, dengan tinggi bangunan 25 meter men-simbolkan jumlah Para Rasul dalam al-Qur’an, lengkap dengan enam menara di sekelilingnya yang melambangkan Rukun Islam.
Anies Juga membangun Jakarta Internasional Stadium (JIS) yang kamegahannya mirip stadion punya Real Madrid Spanyol. Selain Masjid Apung dan JIS, saat ini sedang ada proses revitalisasi Monas. Dilihat designya sepertinya layak menjadi peninggalan monumental untuk warga DKI, dan rakyat Indonesia secara umum. Beda dengan keadaan Monas saat ini. Rencana gambar yang ada Jauh lebih artistik dan megah. Inilah beberapa karya Gubernur Anies yang akan diwariskan untuk bisa dinikmati dan menjadi kebanggaan warga DKI.
Anda akan dilihat dari apa yang telah anda berikan dan wariskan untuk bangsa ini. Tak penting apa jabatanmu, karena sejarah hanya akan melihat prestasimu”. Begitu kata orang bijak.[]
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa.