DAELPOS.com – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar menaruh harapan besar kepada organisasi sayap PKB Gerakan Kebangkitan Petani dan Nelayan Indonesia (Gerbang Tani) untuk turut serta mengubah sejarah kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, khususnya rakyat desa dan rakyat tani menjadi tuan di negeri sendiri dan orang kaya di negerinya sendiri.
Demikian disampailan Gus Muhaimin saat memberikan sambutan pada kegiatan bertajuk ”Kebangkitan Tani Indonesia: Restruktrusisasi Ekonomi Indonesia Berbasis Pertanian; Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia” yang digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-7 Gerbang Tani secara virtual, Kamis, 23 September 2021.
“Hadratussyekh KH. Hasyim Asyari menyampaikan bahwa petani adalah tuannya negara dan kuasanya itu nyata. Dengan semangat ini saya dan kita semua harus menjadi pesan dari spirit itu, menjadikan nyata kekuasaan petani di negeri sendiri, menjadikan negeri ini makmur karena punya petani, makmur karena negerinya memang negeri pertanian, negeri agraris,” kata Gus Muhaimin.
Gus Muhaimin mengutip hasil sensus penduduk yang baru saja dilaksanakan menunjukkan bahwa jumlah penduduk menyentuh angka 270,20 juta jiwa, bertambah 32,56 dibanding sensus sebelumnya. Menurut dia, jumlah ini adalah tantangan bagi kita semua dalam membangun dan menyiapkan dengan baik masa depan Indonesia.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar, tutur Gus Muhaimin, Indonesia harus mampu menjawab persoalan mendasar yang paling pokok, yaitu pangan. Pangan yang menentukan apakah Indonesia bisa bertahan sebagai bangsa yang besar, diperhitungkan, dan memiliki kemampuan menjadi negara mandiri serta mampu berkontribusi bagi persoalan bangsa lain.
“Pada urusan pangan, Indonesia seharusnya sudah lama bisa berdaulat karena prasyarat kedaulatan pangan sudah dimiliki. Luas tanah yang dimiliki, infrastruktur pendukung hingga sumber air dan SDM semuanya sudah dimiliki,” ungkap Gus Muhaimin.
Gus Muhaimin menyatakan, pembangunan pertanian selalu menjadi program prioritas di setiap zaman dan rezim pemerintahan. Tetapi sayang Indonesia hingga kini tak kunjung mendapatkan surplus pangan yang berkorelasi langsung dan sejalan dengan kesejahteraan dan pendapatan petani.
“Kita pernah dan sering mencapai surplus pangan, tetapi petani bukan kemudian makmur, surplus pangan tidak berkesesuaian dengan kemakmuran petani, dan bahkan tidak berkesesuaian dengan pemenuhan kebutuhan pangan kita. Surplus pangan malah berkesesuaian dengan kebutuhan impor kita,” terangnya.