DAELPOS.com – PDI Perjuangan menggelar focus group discussion (FGD) dengan sejumlah opinion leader untuk membahas bagaimana menjaga kepercayaan rakyat, memastikan ideologi terwujud dalam tindakan, hingga memastikan anak muda Indonesia mendukung partai politik ini.
“Kami mencoba melakukan banyak dialog untuk menggunakan teori dalam menilai kondisi obyektif dan kemudian mengaitkan dengan cita-cita pendiri bangsa demi mewujudkan cita-cita Indonesia Raya,” kata Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (6/1).
Ia memaparkan bahwa menjelang perayaan usianya yang ke-50, PDI Perjuangan menghadapi berbagai kondisi yang harus dijawab dengan baik.
Dari mulai bagaimana menjaga kepercayaan rakyat, memastikan ideologi terwujud dalam tindakan, menjaga Indonesia dari gempuran kepentingan luar, hingga memastikan anak muda Indonesia tetap mendukung parpol nasionalis itu.
Hal itu terungkap dalam FGD sesi II yang digelar DPP PDIP dengan sejumlah pemuka pendapat (opinion leader) di kantor pusat partai di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Hasto Kristiyanto memimpin jajaran partai di dalam pertemuan itu. Hadir Wasekjen Sadarestuwati, dan sejumlah Ketua DPP PDIP seperti Djarot Saiful Hidayat, Eriko Sotarduga, Sri Rahayu, Wiryanti Sukamdani, Mindo Sianipar, I Made Urip, Rokhmin Dahuri, Wakil Bendahara Umum Rudianto Tjen, dan lain-lain.
Trias Kuncahyono, selaku opinion leader yang hadir dalam FGD ini, menyatakan hal terutama yang harus dipastikan seluruh jajaran PDIP adalah kepercayaan rakyat.
Kepercayaan rakyat itu, kata Trias, tidak akan jatuh dari langit, namun merupakan upaya yang profesional dari partai mewujudkan cita-cita pendirian partai politik yakni adalah kesejahteraan bersama.
Selain itu, PDI Perjuangan harus memastikan ideologi menjadi pegangan seluruh anggota partai, dan direalisasikan dalam pilihan kebijakan serta tindakan sehari-hari.
“Jadi kader harus paham ideologi partai dan benar-benar menghidupinya. Kerap Wong Cilik hanya dijadikan tujuan rebutan kekuasaan. Ini tak boleh dilakukan PDIP. Ingat, Wong Cilik belum tentu miskin. Namun, bisa jadi mereka adalah yang tak bisa menyuarakan pendapat, yang terpinggirkan. Ini yang harus disuarakan,” tutur Trias.