DAELPOS.com – PT Bank BCA Syariah menargetkan mampu meningkatkan asetnya hingga 5%-10% dan pertumbuhan pembiayaan serta DPK (Dana Pihak Ketiga) dikisaran 3%-8% di sepanjang tahun 2021 ini. Hal ini diungkapkan jajaran direksi bank tersebut saat konferensi pers virtual dengan awak media, Senin (8/2/21).
“Kami optimis tahun 2021 akan terjadi perbaikan kondisi ekonomi sejalan dengan mulai berjalannya vaksinasi Covid-19. Kami menyakini penyaluran pembiayaan tahun ini akan mengalami pertumbuhan, setelah tahun lalu mengalami kontraksi,” Presiden Direktur BCA Syariah, John Kosasih.
Tahun lalu, pembiayaan perseroan turun 1,35% secara year on year (YoY) Rp 5,6 triliun sebagai dampak dari rendahnya permintaan pembiayaan untuk ekpansi usaha dalam masa pandemi.
John juga mengungkapkan, strategi bisnis perseroan tahun adalah tumbuh secara berkualitas dan berkesinambungan.
“Mengingat market sudah berubah maka kami mau tidak mau harus terus lakukan inovasi baik dari sisi produk maupun layanan. Jadi bisnis kami harus selalu relevan dengan nasabah,” paparnya.
Tahun ini, pendapatan ditargetkan bisa tumbuh 5%-10% dan rasio pembiayaan bermasalah juga diharapkan tidak terjadi peningkatan meskipun perseroan masih terus menjalankan program restrukturisasi.
Sementara itu, Direktur BCA Syariah, Rickyadi Widjaja mengungkapkan bahwa dalam menyalurkan pembiayaan, BCA Syariah telah mendata sektor-sektor yang akan jadi fokus perhatian perseroan.
Ia menilai ada sejumlah sektor yang prospektif yang akan dibidik. Pertama adalah sektor infrastruktur. Bank ini bakal melakukan pembiayaan proyek infrastruktur yang digarap perusahaan BUMN lewat pembiayaan sindikasi.
Sektor lainnya adalah farmasi, makanan dan minuman, logistik, dan industri pengolahan. “Di samping kami melihat potensi dari nasabah eksisting, kami juga harus mencari nasabah baru dari sektor-sektor prospektif itu dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian,” kata Ricky.
Pembiayaan BCA Syariah masih didominasi segmen komersial dengan porsi 75,6%, lalu diikuti segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebesar 22,11%. Sedangkan konsumer masih 2,2%.
Ke depan, kata Ricky, pembiayaan segmen konsumer ini akan ditingkatkan. Perseroan akan melakukan sinergi dengan BCA sebagai induknya yang sudah sangat kuat dalam pembiayaan segmen konsumer.
“BCA sangat kuat di konsumer, sehingga kami akan melakukan kerjasama untuk pembiayaan kepemilikan mobil dengan BCA dan juga BCA Finance,” ujarnya.
Sementara untuk pembiayaan kepemilikan rumah, bank ini akan meningkatkan kerjasama dengan developer, agen properti dan marketplace.
Sedangkan Direktur BCA Syariah, Pranata mengungkapkan bahwa meski berada dalam kondisi pandemi Covid-19, namun PT Bank BCA Syariah berhasil mencatatkan kinerja positif di sepanjang 2020 lalu. Laba bersih bank ini masih tumbuh sebesar 11,17% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/YoY).
Laba sebelum pajak (profit before tax) BCA Syariah tahun 2020 tercatat sebesar Rp92,6 miliar. Sedangkan tahun 2019 hanya mencapai Rp 83,3 miliar. Rata-rata pertumbuhan laba sebelum pajak BCA Syariah 2010-2020 (CAGR) sebesar 30,87% berada di atas rata-rata industri 2010-2019.
“Pertumbuhan laba tersebut sejalan dengan strategi perseroan menurunkan biaya dana. Tahun lalu, bank ini mampu menurunkan biaya dana atau cost of fund (CoF) 1,1% . Sehingga walaupun ada penurunan yield pembiayaan 0,8%, net imbalan BCA Syariah masih tumbuh dari 4,25% menjadi 4,57%,” kata Pranata saat memaparkan kinerja BCA Syariah sepanjang tahun 2020.
Sementara itu, lanjutnya, pembiayaan BCA Syariah sampai dengan 2020 relatif stagnan, sebagai dampak dari rendahnya permintaan pembiayaan untuk ekpansi usaha dalam masa pandemi. Pembiayaan BCA Syariah per Desember 2020 tercatat sebesar Rp 5,6 triliun, terkoreksi sebesar 1,35% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tahun lalu, bank ini menyalurkan pembiayaan dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Penyaluran difokuskan pada sektor produktif diantaranya sektor perdagangan dan proyek-proyek infrastruktur strategis pemerintah. Komposisi segmentasi pembiayaan BCA Syariah didominasi oleh pembiayaan komersial sebesar 75,61%, UMKM sebesar 22,11% dan pembiayaan konsumer sebesar 2,28%.
Kualitas pembiayaan BCA Syariah dapat dipertahankan pada level yang rendah dan sehat dengan Non-Performing Financing (NPF) Gross tercatat sebesar 0,50% dan NPF Net sebesar 0,01%. Baik NPF Gross maupun Net mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,58% dan 0,26%.
Sedangkan rasio profitabilitas terhadap aset tercatat menurun karena meningkatnya aset perseroan setelah resmi merger dengan Bank Interim tahun lalu. Tingkat pengembalian aset atau return of aset (RoA) bank ini turun dari 1,15% menjadi 1,09%. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BCA Syariah meningkat dari 38,28% menjadi 45,26%.
Selain menurunkan biaya dana, perseroan juga melakukan efisiensi. Sehingga Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) perseroan turun ke 86,28% dari 87,5% pada tahun 2019. Aset bank ini naik 12,57% YoY dari Rp 8,6 triliun menjadi Rp 9,7 triliun yang ditopang oleh merger dengan Bank Interim dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) 10,37% YoY menjadi Rp 6,8 triliun.
Sejalan dengan kebijakan stimulus perekonomian nasional dari Regulator, BCA Syariah melakukan restrukturisasi pembiayaan pada tahun 2020 sebesar Rp 876 miliar dengan komposisi 70% restruktur pembiayaan atau sebesar Rp 614 Miliar diberikan kepada nasabah yang terdampak Covid-19.[fah]