DAELPOS.com -Siapapun pasti akan mengalami kesulitan berbisnis di daerah terpencil, karena banyak halang rintang yang harus dilalui. Tidak hanya dalam hal komunikasi, juga transportasi. Belum lagi masalah modal berkaitan dengan bidang usaha yang mau dijalankan.
Meski banyak menemui kesulitan, banyak juga mereka yang berbisnis di daerah terpencil berhasil meraih sukses. Salah satunya adalah Rahmat Hidayat, 31 tahun. Di usianya yang masih muda, Dayat; demikian sapaan akrabnya, menjadi salah seorang putra kebanggaan untuk daerahnya, Dusun IV Desa Sungai Besar, Kecamatan Pucuk Rantau, Kabupaten Kuantan Sengigi, Provinsi Riau.
Kenapa Dayat dapat menjadi salah satu putra kebanggaan di daerahnya? Antara lain karena kegigihannya dan mau bekerja keras dalam menekuni usaha yang menjadi pilihannya, yaitu berbisnis buah sawit.
“Tidak ada yang istimewa dari saya, saya berusaha sama seperti kawan kawan yang terjun di bidang ini,” kata Rahmat Hidayat pada kesempatan ngobrol santai di rumahnya di Dusun IV.
Menurut Dayat, kalau ada yang menilai dirinya merupakan salah satu putra kebanggaan di daerahnya, adalah hal yang terlalu dibesar besarkan. Karena menurut suami dari Dewi yang disunting Dayat tahun 2006, masih banyak kawan kawan se usianya yang berhasil dibidang bisnis.
“Bagi saya, apapun bidang usaha yang jadi pilihan, haruslah ditekuni, harus gigih dan jangan cepat menyerah apalagi putus asa. Sebab, apapun bidang usaha yang menjadi pilihan tidak akan sukses begitu saja, tanpa melalui kerja keras, gigih dan berjuang semaksimal mungkin,” urai Dayat menjawab pertanyaan daelpos.com.
Anak keenam dari 13 bersaudara ini menambahkan, disamping memiliki kriteria diatas pun belum lah cukup kalau tidak langsung terjun. Hal ini ditegaskan Dayat, dengan terjun langsung, seorang pengusaha akan tahu lebih banyak seluk beluk dari usaha yang ditekuni tersebut.
Apa yang diucapkan Dayat ini memang dilakoninya betul. Pria yang sudah dikarunia dua putera dan satu putri ini begitu terbuka dan senang mendapatkan informasi baru. Bahkan dirinya tidak segan segan mendukung dan menerima jika ada ide ide baru menyangkut bidang bisnis atau pun hal lainnya.
“Soal jatuh bangun dalam berbisnis, sudah dianggap biasa. Tapi hal biasa itu tidak boleh dibiarkan berlarut larut, tapi harus segera dicari solusinya sambil dilakukan evaluasi, kenapa bisa gagal,” ujarnya.
Sambil menceritakan pengalaman dirinya yang sering jatuh bangun dalam mengawali karir berbisnis di sektor penampungan buah sawit , Dayat menuturkan pengalamannya;
Awalnya tahun 2010, Dayat bersama 13 saudaranya diboyong orang tua pindah ke Dusun IV Desa Sungai Besar, Kecamatan Pucuk Rantau. Riau. Waktu itu hati kecilnya sempat bertanya tanya, apa yang dapat dikerjakan di daerah tersebut yang bukan saja jauh dari desa terdekat, juga tidak memiliki sarana dan prasarana serta alat transport yang memadai.
“Sebelumnya saya dan orang tua tinggal di Bagan Batu, Riau. Karena perekonomian yang tidak menentu, ditambah dengan persaingan ketat, akhirnya orang tua memutuskan pindah mencari rumah tinggal yang baru. Sekaligus berusaha memperbaiki ekonomi keluarga dengan bertani,” cerita Dayat.
Meski demikian Dayat mengaku tidak begitu pandai bertani, dirinya lebih suka mencari cari peluang usaha yang bisa dilakukan sekaligus dapat menghasilkan uang.
“Waktu itu sekitar tahun 2014, saya melihat para penduduk dusun pada panen sawit. Tapi hasil panen sawitnya masih belum besar, karena memang baru berbuah pasir. Jadi tandan buahnya masih kecil kecil,” kenang Dayat.
Meski demikian Dayat mengaku melihat sebuah peluang untuk terjun diusaha ini. Apalagi waktu itu masyarakat di dusun tempat dia tinggal kesulitan menjual hasil panen sawit mereka.
Bermodalkan uang sebesar Rp 2,5 juta, Dayat memberanikan diri membeli hasil panen buah pasir sawit petani. Setelah ada satu truk, sawit tersebut dibawa ke pabrik yang jaraknya sekitar 25 sampai 30 km dari dusun.
“Bagi saya waktu itu bukan soal jarak tempuh ke pabrik, tapi adalah soal cuaca. Kalau hari hujan, perjalanan bisa memakan waktu berhari hari. Hal ini disebabkan satu satunya jalan poros yang dapat dilalui ke pabrik hanyalah jalan tanah. Kalau sudah demikian, ada alamat buah sawit yang dibawa banyak yang sudah tidak segar atau restan,” lanjutnya.
Jika sudah demikian pasti buah sawit yang sudah tidak segar tersebut dikembalikan untuk dibawa pulang, kemungkinan rugi sudah pasti menanti. Dari pengalaman tersebut, Dayat berusaha melakukan berbagai upaya agar kerugiannya jangan sampai membengkak.
Akhirnya semua itu berhasil dilaluinya dengan baik. Bahkan dia sampai dibantu oleh pihak pabrik tambahan modal, sehingga dia dapat meningkatkan volume pengiriman buah sawit ke pabrik. Awalnya sewa kendaraan untuk bawa sawit, sekarang Dayat sudah punya armada sendiri. Tapi dia tetap tidak lupa dengan pihak pihak yang pernah membantu dan bekerjasama dengan dirinya.
“Saya benar benar memulai usaha ini dari bawah, jadi saya tahu persis seperti apa hubungan saya dengan petani sawit dan seperti apa pula komunikasi saya dengan pihak pabrik termasuk kepada pihak yang membantu saya, “ceritanya lagi.
Perjalanan Dayat di bisnis sawit dari waktu ke waktu terus naik. Walau diakui ada masa masa sulit yang dialami, namun semua itu dijalaninya layaknya seperti air mengalir.
Menurut Dayat, masa sulit, jatuh bangun dalan usaha itu sudah wajar. Semuanya tetap dikembalikan ke diri sendiri, kadang ada kesalahan dari diri kita, kadang datangnya dari luar.
“Kalau saya berusaha untuk tidak larut dengan persoalan yang terjadi. Kalau salah ya salah dan jangan diulangi, bila itu berhasil diatasi, Insya Allah usaha bisa kembali lancar. Meski untuk memulai lagi harus gadai atau jual harta yang ada.
Sekarang sebagai salah seorang pengusaha yang sukses, tidak membuat Dayat sombong. Dirinya tetap seperti Dayat yang dulu, kehariannya disela sela sibuk usaha masih menyempatkan diri bertemu dan kumpul dengan kawan kawan lama di dusun.
Disamping itu Dayat juga dikenal aktif dalam setiap ada kegiatan bahkan ikut terjun langsung. Termasuk dalam pembangunan dan perbaikan fasilitas umum di dusun IV Desa Sungai Besar, Kecamatan Pucuk Rantau, Kabupaten Kuantan Sengigi, Riau.
Berbicara rahasia sukses Dayat dalam berbisnis, anak ke enam dari 13 bersaudara keluarga Abdul Halim ini mengaku tidak ada yang istimewa.
“Tidak ada yang saya rahasiakan dibalik usaha saya ini. Semua berjalan sesuai dengan prinsip prinsip usaha. Salah satunya adalah keterbukaan dan tanggungjawab kepada para mitra petani sawit dan pihak pihak yang bekerjasama dengan saya,” imbuhnya menyudahi per cakapan.* ( Fay )