DAELPOS.com – Setelah dilaksanakan penjelasan (Aanwijzing) teknis dan administrastif terkait Sayembara Gagasan Desain Ibu Kota Negara (IKN) yang dilaksanakan pada Jumat, 18 Oktober 2019 di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), tercatat 80 orang peserta lomba Sayembara Gagasan Desain Kawasan IKN mengikuti penjelasan lapangan, Senin (21/10/2019) dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan pada area yang akan direncanakan atau dirancang.
Kunjungan lapangan tersebut diawali dari Pelabuhan Semayang sebagai titik kumpul peserta dan dilanjutkan perjalanan lewat laut menggunakan kapal menuju Dermaga dengan waktu tempuh 1,5 jam. Setelah tiba di Dermaga Tanjung Maridan perjalanan dilanjutkan melalui darat menuju Menara Pandang di Kabupaten Penajam Paser Utara yang berada pada kawasan IKN.
Usai melakukan kunjungan lapangan para peserta diberikan kesempatan untuk tanya jawab dengan narasumber Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi, Nicodemus Daud, Ketua Bidang Penataan Kawasan (Tim Satgas PPI- IKN) Joessair Lubis, Ketua Bidang Infrastruktur Dasar Permukiman (Tim Satgas PPI-IKN) Antonius Budiono, Kasubdit Perencanaan Direktorat Sungai dan Pantai Dirjen SDA (Tim Satgas PPI-IKN) Bambang Heri, Kasubdit Tematik Direktorat Survei dan Pemetaan Kementerian ATR/BPN Suradi dengan moderator Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kaltim.
Ketua Satgas Perencanaan Pembangunan Infrastruktur IKN Imam Santoso Ernawi menyampaikan pesan singkatnya dari Menteri PUPR Basuki Hadimuljono kepada peserta sayembara. “Pak Menteri menunggu gagasan dan ide-ide dari para peserta lomba untuk menciptakan IKN yang cerdas, modern dan berwawasan lingkungan,” katanya.
Di hadapan para peserta Sayembara, Imam menyampaikan beberapa catatan, yaitu pertama, peserta harus inovatif, dan kreatif walaupun dengan keterbatasan data. Kedua, konsep dan referensi dari Panitia agar lebih dikembangkan lagi oleh peserta. Ketiga, delineasi lokasi dari panitia tidak dimaksudkan untuk menggiring peserta, karena semua lokasi memiliki peluang dan potensi. Keempat, Kawasan Pusat Pemerintahan (KPP) bisa saja luasannya di bawah 2.000 hektare dan diharapkan untuk bisa dikembangkan.
Kemudian kelima, para peserta diperbolehkan melaksanakan survei lapangan secara independen dalam seminggu ini agar menghasilkan karya yang optimal. Keenam, Jembatan Pulau Balang merupakan salah satu akses alternatif dan icon dari IKN. Ketujuh, peserta diharapkan untuk fokus deliniasi kawasan 190.000 hektare. Kedelapan, konservasi menjadi pertimbangan utama. Kesembilan, kawasan lindung harus dipertahankan. Kesepuluh, budaya lokal atau kearifan lokal masyarakat setempat juga harus menjadi pertimbangan dalam desain. Lalu yang kesebelas, dimungkinkan saja adanya bandara atau airport khusus selain di Kota Samarinda dan Kota Balikpapan.
Sementara Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Nicodemus Daud mengatakan, tujuan dilaksanakan kunjungan lapangan agar para peserta dapat mengetahui kondisi sesungguhnya tempat rencana lokasi IKN. “Jadi tidak hanya berdasarkan peta saja, sehingga lebih paham kondisi lapangan seperti apa dan bisa lebih komprehensif dalam membuat desain,” terangnya.
“Peserta bisa melihat di lapangan, lalu berdiskusi dan akhirnya akan menghasilkan inovasi desain yang menjadikan Ibu Kota Negara sebagai Ibu Kota Asia,” tambahnya.
Saat ini tercatat sebanyak 750 peserta yang ikut Sayembara. “Semakin banyak tentunya menunjukkan hal yang luar biasa karena akan memperkaya ide-ide untuk membangun IKN,” terangnya.
Selain itu, menurut Nicodemus, dalam menentukan batas-batas wilayah perencanaan, peta informasi lokasi IKN baru merupakan acuan penyusunan desain. “Kami siapkan lengkap peta jalan, jaringan listrik, jaringan pipa migas, jaringan serat optik, dan juga kontur wilayahnya. Semuanya bisa diakses pada situs http://sayembara IKN.pu.go.id, ” terangnya.
Shella mewakili salah satu peserta mengatakan, motivasi mengikuti Sayembara ini adalah untuk berkontribusi bagi masa depan bangsa Indonesia dengan mendesain IKN di Kaltim agar berstandar dunia. “Kalau kita lihat tadi di lapangan, daerah Penajam Paser daerahnya berbukit-bukit, seperti halnya Kota San Fransisco yang juga berbukit-bukit, tapi bisa menjadi kota yang dinamis dan heterogen,” paparnya.
Lain halnya dengan Muhammad Ari dari Samarinda seorang arsitek lulusan Universitas Kristen Petra Surabaya mengatakan bahwa motivasi mengikuti Sayembara ini adalah untuk berpartisipasi dalam pembangunan di Kalimantan Timur.
“Dengan adanya Ibu Kota Negara Indonesia, hal ini menjadikan Kalimantan Timur lebih baik kedepannya, ” pungkasnya. (DAE)