DAELPOS.com – Menteri Investasii/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menandatangani kerja sama Kementerian Investasi/BKPM dengan PT Krakatau Steel (Persero), Tbk (PT KS) yang diwakili oleh Silmy Karim selaku Direktur Utama dan Posco yang diwakili oleh Kim, Hag-Dong selaku CEO Posco. Penandatanganan kerja sama ini disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Kerja sama antara Kementerian Investasi/BKPM dengan PT KS dan Posco ini dilakukan dalam rangka fasilitasi rencana perluasan kapasitas produksi dan produksi baja otomotif untuk kendaraan listrik dengan total rencana investasi mencapai USD3,5 miliar dan akan dimulai pada tahun 2023 mendatang. Selain itu, kerja sama ini juga dilakukan dalam rangka fasilitasi rencana proyek pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Bahlil menyambut baik adanya kerja sama ini dan berharap perluasan investasi yang dilakukan akan berjalan sesuai rencana sehingga dapat berkontribusi untuk mendorong peningkatan produksi baja otomotif di Indonesia serta mempercepat terwujudnya pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Bahlil juga memastikan fasillitasi Kementerian Investasi/BKPM terkait dengan proses perizinan dan insentif yang akan diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
“Saya sangat senang dengan komitmen dari PT KS dan Posco untuk investasinya di Indonesia. Perluasan investasi ini pastinya akan berkontribusi besar pada pertumbuhan industri baja di Indonesia ke depan. Kami akan fasilitasi dan beri dukungan penuh agar proyek ini berjalan lancar. Izin akan kami bantu urus. Kalau ada masalah, jangan ragu untuk laporkan kepada kami,” tegas Bahlil.
Meskipun memastikan komitmen untuk memberikan dukungan dari sisi perizinan dan insentif, Bahlil menekankan kembali adanya kewajiban untuk melakukan kolaborasi dengan pengusaha lokal dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di daerah. Keterlibatan pelaku UMKM dalam proyek kerja sama ini juga dipastikan oleh Kementerian Investasi/BKPM, dengan tetap memperhatikan kapabilitas dan kapasitas pengusaha lokal sebagai rantai pasok dan pemasok potensial.
Direktur Utama PT Krakatau Steel Silmy Karim menyampaikan mengenai dukungan pemerintah yang sangat membantu perkembangan rencana perluasan investasi Krakatau Steel dan Posco ini.
“Dengan adanya kesepakatan ini kami akan terus aktif berkolaborasi dalam mengimplementasikan rencana investasi sesuai dengan target. Kami mengapresiasi atas dukungan penuh dari pemerintah khususnya Kementrian Investasi dalam upaya merealisasikan perluasan investasi PT Krakatau Posco ini,” tutur Silmy.
Kim, Hag-Dong selaku CEO Posco mengungkapkan apresiasi sebesar-besarnya kepada Kementerian Investasi/BKPM yang telah memfasilitasi proyek ini mulai dari awal sampai dengan tahap perluasan ini.
“Sejak tahap awal investasi, kami difasilitasi dengan baik oleh Kementerian Investasi/BKPM. Karena itulah kami yakin untuk melakukan perluasan. Kami harap investasi ini dapat berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia dan terus meningkatkan hubungan kerja sama investasi antara Indonesia dan Korea Selatan ke depannya,” ungkap Kim.
Posco telah berinvestasi di Indonesia melalui PT Krakatau Posco, sebuah perusahaan joint venture antara PT KS dengan Posco yang berdiri sejak tahun 2010. PT Krakatau Posco bergerak di sektor industri baja dengan total investasi sebesar USD3,7 miliar dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 7.000 orang. Selain itu, Posco juga menjadi bagian dari konsorsium LG dalam proyek grand package industri baterai listrik terintegrasi dengan total nilai investasi mencapai USD9,8 miliar.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi Korea Selatan sepanjang periode 2017 sampai dengan semester I 2022 berada pada peringkat 5 dengan capaian sebesar USD9,08 miliar. Nilai tersebut didominasi oleh investasi pada sektor industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain yang mencapai USD1,69 miliar (18,6%), kemudian disusul oleh investasi di sektor listrik, gas, dan air sebesar USD1,35 miliar (14,9%); industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, peralatan listrik, presisi, optik, dan jam sebesar USD0,92 miliar (10,1%); industri barang dari kulit dan alas kaki sebesar USD0,86 miliar (9,5%), serta industri kimia dan farmasi sebesar USD0,85 (9,4%) miliar. (*)