DAELPOS.com – R Haidar Alwi, seorang tokoh toleransi Indonesia sekaligus pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, memandang cinta kasih sebagai agama Tuhan.
Dalam pandangannya, cinta kasih bukan sekadar emosi manusiawi, melainkan sebuah manifestasi ilahi yang menyentuh ruang transenden dan sosial. Hal ini mencerminkan nilai-nilai universal yang terkandung dalam setiap agama, yang bertujuan untuk menciptakan harmoni dan kedamaian di tengah masyarakat.
Dalam filsafat, cinta kasih sering dikaitkan dengan konsep agape, cinta tanpa syarat yang melampaui egoisme dan mementingkan kebaikan universal. Filsuf seperti Emmanuel Levinas menekankan bahwa cinta kasih adalah hubungan etis antara manusia sebagai bentuk tanggung jawab terhadap sesama.
Di sisi lain, Martin Buber dalam I and Thou memandang cinta sebagai relasi “Aku-Kamu” yang memungkinkan manusia mengalami dimensi ilahi dalam hubungan interpersonal.
Pemikiran Haidar Alwi selaras dengan nilai-nilai ini, di mana cinta kasih menjadi prinsip dasar dalam membangun toleransi dan persatuan. Melalui Haidar Alwi Care Dan Haidar Alwi Institute, ia berupaya menyebarkan kesadaran bahwa cinta kasih adalah jembatan antara keyakinan agama dan tanggung jawab sosial, yang mampu mengatasi perbedaan demi menciptakan harmoni.
Nilai cinta kasih ini juga dapat dilihat dalam kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Jenderal Listyo Sigit Prabowo dikenal mengedepankan pendekatan humanis dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Salah satu prinsip kepemimpinannya yang menonjol adalah semangat kolaborasi lintas agama dan budaya, menciptakan dialog yang konstruktif di tengah keberagaman bangsa.
Keharmonisan yang dirintis oleh Haidar Alwi dalam ranah sosial dan toleransi menemukan implementasi nyatanya dalam kebijakan Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Pendekatan ini mencerminkan perpaduan antara filsafat cinta kasih dan kepemimpinan praktis. Cinta kasih tidak hanya menjadi wacana, tetapi terwujud dalam tindakan nyata yang mendukung perdamaian dan kesejahteraan bersama.
Dengan demikian, cinta kasih bukan sekadar konsep teologis, tetapi juga landasan etis yang relevan dalam membangun masyarakat inklusif.
Baik melalui pemikiran Haidar Alwi maupun kebijakan Jenderal Listyo prabowo, cinta kasih menjadi bukti bahwa nilai-nilai ketuhanan dapat menjawab tantangan sosial dan politik di dunia modern.