Bank OCBC NISP Ajak Masyarakat Untuk Tidak Panik dan Justru Manfaatkan Waktu Agar #SelamatDiRumah

DAELPOS.com – Sebagai salah satu upaya Bank untuk menekan penyebaran COVID-19, Bank OCBC NISP mengajak masyarakat untuk tidak panik dan justru memanfaatkan waktu agar #SelamatDiRumah untuk belajar berbagai ilmu baru, terutama pengelolaan keuangan. Melanjutkan #TAYTB Live Stream Fest yang sukses digelar 4-5 April 2020 lalu, Bank OCBC NISP menyelenggarakan program #TAYTBLiveTalks yang disiarkan setiap hari Senin dan Rabu jam 12.00 -13.00 WIB secara langsung melalui Instagram Bank OCBC NISP (@ocbc_nisp). Melalui #TAYTBLiveTalks, Bank OCBC NISP menghadirkan diskusi finansial dan bisnis bersama para ahlinya untuk memberikan tips mengelola keuangan dan tips investasi agar tetap cuan di tengah situasi krisis yang menantang ini.

Kali ini, mengusung tema “Akankah USD Bertahan sebagai Safe Haven?” Bank OCBC NISP menghadirkan Harindra Ariobowo selaku Treasury Advisory OCBC NISP dan Ahmad A Enver selaku Economic Analyst sebagai narasumber. Topik ini dipilih untuk memberikan gambaran dan pandangan kepada masyarakat mengenai anggapan bahwa USD sebagai aset dan investasi safe haven di masa pandemi COVID-19.

Pada masa market sentiment risk-off, di mana sentimen pasar cenderung bergerak negatif dan pelaku pasar lebih tidak berani untuk mengambil resiko, maka produk investasi low risk biasanya menjadi pilihan para investor. Sebagai mata uang yang mendominasi perdagangan dunia di mana lebih dari 60% dari transaksi perdagangan global berdenominasi dolar, USD disebut sebagai salah satu instrumen safe haven. Akses dan kepemilikan USD penting untuk memastikan keberlangsungan bisnis di tingkat global maupun nasional.

Hingga saat ini, banyak negara menggunakan dolar sebagai cadangan devisa atau foreign exchange reserves, termasuk pemerintah Indonesia untuk mendukung aktivitas bisnis serta menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah. Sempat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD yang mencapai Rp 16.500 pada bulan Maret 2020 disebabkan beberapa hal, diantaranya kepanikan dan kecemasan yang memuncak dari pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh dunia. Kondisi ini mendorong investor untuk membeli USD karena tidak mau ambil resiko. Selain itu pebisnis juga berupaya memastikan investasi dan bisnisnya aman dengan ketersediaan USD yang cukup. Meningkatnya permintaan atau demand inilah yang mendorong penguatan nilai mata uang USD.

Menghadapi hal tersebut, terdapat beberapa kebijakan pemerintah untuk memastikan akses dan supply USD global tetap terjaga. Seperti contoh, dari sisi global, The Fed melakukan pelonggaran kuantitatif atau quantitative easing (QE) untuk menambah supply sekitar 2 Triliun USD ke market melalui pembelian obligasi korporasi dan sebagainya. Selain itu, The Fed juga membuka swap line dengan beberapa bank sentral seperti ECB, BoE, dan BoJ, untuk memberikan akses likuiditas jika dibutuhkan. Dari sisi domestik, Bank Indonesia telah melakukan berbagai kebijakan moneter ekspansif seperti penurunan giro wajib minimum valas di perbankan untuk menambah likuiditas USD domestik yang diharapkan dapat men-support market, dan juga kecukupan cadagan devisa yang mendukung intervensi aktif BI dalam menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah.

Di tengah pandemi COVID-19 ini, Ahmad A Enver menilai USD dapat bertahan menjadi currency safe haven, terlihat dari bertahannya status ‘risk free’ surat utang pemerintah Amerika Serikat atau treasury securities dengan performa yang relatif lebih positif dari negara lain, serta banyaknya transaksi bisnis, usaha, juga komoditas seperti emas, minyak, dan metal, yang menggunakan denominasi USD. Hal ini membuat kepemilikan USD menjadi sangat berharga. Di sisi lain, optimisme terhadap penelitian vaksin COVID-19 dan pembaikan prospek ekonomi akan mendorong pelemahan USD dan penguatan Rupiah menuju akhir tahun ini. Selain USD, ada pula beberapa instrumen lain yang termasuk safe haven, seperti Japanese Yen, Swiss Franc, dan emas.

Dalam berinvestasi, Bank OCBC NISP menyarankan untuk melakukan diversifikasi misalnya dengan tidak berinvestasi pada safe haven hanya pada masa krisis dan tidak terkonsentrasi pada USD saja. Selain itu, masyarakat juga perlu memahami risk profile diri sendiri terlebih dahulu, apakah kita bisa mengambil investasi yang berisiko tinggi atau justru yang berisiko rendah. Kita juga perlu melihat penyisihan dana yang dimiliki untuk diversifikasi investasi.


Bagi masyarakat dan nasabah yang ingin berinvestasi pada valas, Bank OCBC NISP mendukung transaksi perbankan #DiRumahAja tanpa harus ke cabang. Melalui aplikasi mobile banking Bank OCBC NISP – ONe Mobile, nasabah bisa melakukan berbagai macam transaksi valuta asing mulai dari lintas mata uang dengan rate yang sangat kompetitif. Sebagai contoh pengguna ONe Mobile dapat menukarkan USD ke GBP secara langsung tanpa harus USD ditukar menjadi Rupiah baru kemudian ditukarkan ke GBP

Selain fitur untuk berinvestasi valas, ONe Mobile juga memungkinkan nasabah untuk mengelola keuangannya melalui produk-produk investasi lainnya. Bagi nasabah atau masyarakat yang belum memiliki aplikasi ONe Mobile, dapat mengunduh aplikasi dari App Store maupun Play Store. Nah mumpung masih punya sisa THR kemarin, yuk mulai investasi valas dengan mengunakan ONe Mobile.

#TAYTBLiveTalks masih akan terus nemenin kamu #DiRumahAja dengan beragam topik seputar keuangan dan kesehatan. Jadi, makan siang sambil menimba ilmu, kenapa tidak? Yuk, kunjungi IG @ocbc_nisp ya.

Follow kami di social media

admin

Read Previous

Mike Tyson Hancur Gegara Seks dengan Banyak Wanita, Diterima saat di Penjara

Read Next

Kadispenad : Penerangan TNI AD Harus Bangkit dan Kreatif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *